Wednesday 12 December 2012

Ini Aku Tuliskan, "Isyarat Hati"

"Bingung dengan apa yang akan aku kerjakan, apa yang akan aku perbuat ?". Mungkin bukan aku saja yang merasakan hal ini, banyak bahkan ribuan orang atau setiap orang pun pernah merasakannya. Lagi-lagi aku dihampiri rasa yang membuatku aku harus terdiam, harus memejamkan mata dan harus meninggalkan semuanya, melihat sisi lain dari sebuah kehidupan dan mulai merenunginnya kembali. ntah apa yang membuatku kini gelugup dan gemetar isi hatiku, sampai-sampai air mata ini hampir terjatuh, padahal sebelumnya jarang sekali aku menangis, seingatku saat aku Mahasiswa baru [Kehilangan laptop :'(] tapi kali ini aku merasakan seperti ada yang kurang dan tak seperti biasanya. seolah ini mengisyaratkan bahwasannya aku harus menuruti kata "Melankolis" hatiku saat itu, untuk menangis, merenung dan melihat lagi dosa apa yang telah aku perbuat hingga raga ini lemas dan ingin sekali menitihkan air mata.

Untuk memotivasi diri sendiripun seolah aku lemah dan tak berdaya, "Bagaimana aku esok untuk kuliahku, tugasku, amanahku dan menatap orang-orang besar jika aku sendiri saja seperti ini, seperti kapal yang terombang-ambing ditengah ombak lautan" dalam hati kecilku. Lantas aku belum menyadari apa yang membuatku seperti ini dan harus bagaimana jika aku seperti ini !. "Biarlah waktu yang akan menghapus kegundahan dan kerisauan ini" menurut akal ku saat itu. Terbayang dan teringat lagi, dan semakin dalam lagi, bahkan dan mungkin ini yang untuk ke sekian kalinya, entah karena aku yang terlalu berharap dalam mengajar sang mentari atau justru aku yang tidak mawas diri dengan berkaca pada diriku sendiri ! "Siapa, bagaimana dan punya apa saya ?" tanyaku. Kata-kata singkat inilah yang menuntuku menemukan seberkas cahaya dihatiku, hingga aku kembali bertanya "siapa aku ? aku mungkin hanya sebagian orang yang sangat kecil, yang tak berdaya, yang egois, yang tak punya hati, yang selalu ingin menang sendiri atau aku sering berbuat dosa akibat kelalaian dan kecerobohanku. Bagaimana ? jelas ini mengisahkan bagaimana keegoanku untuk mimpi-mimpiku, bagaimana aku yang selalu malas, yang selalu membuat susah bahkan sering menyakiti orang lain, atau pernah mengecewakan dan mengingkari. Apa yang aku punya ? sudah mungkin kalimat ini akan menghukum dan menghujam karena betapa kecilnya aku dihadapan-Mu Tuhan, betapa miskinnya hati ini untuk berbagi, betapa luasnya samudera-Mu yang tak sebading dengan luasnya hatiku, yang betapa tinggi langit citaan-Nya yang aku sadari tak setinnggi itu mimpiku. Sudahlah, aku merasa semakin terpojokan saja dan semain membuatku berada dipinggiran tebing yang curam.

Andai tulisan ini setenar "ayat-ayat cinta, ketika cinta bertasbih, sang pemimpi atau laskar  pelangi" semua hanya harapan mungkin akan ku ceritakan kelak apa yang aku tulis, agar mengerti ini untuk apa ?. Kegundahan yang menuntunku untuk kembali tersenyum, tak khayal jika memang benar salah seorang sahabatlah yang kadang mengingatkan, disaat kondisi terpuruk, jauh dari orang tua, permasalahan akademis, bahkan permasalahan hati yang terkadang menjadi permasalahan yang paling besar dan rumit. Isyarat hati memang lekat dengan bagaimana hati menyentuh semua permasalahan, ketenangan dan kedamaian jiwa merupakan kebahagian yang mendatangkan senyum. seperti tak kehabisan akal seolah aku ingin terus menuliskan apa yang sebenarnya terjadi kedalam tinta-tinta warna diatas kertas putih yang bersih, yang mewakili perasaanku saat itu, entah warna hitam yang membuatku nyaman atau warna lainyalah dalam ilmu psikologi sekalipun yang membuat perasaanku semakin menepi menuju tebing yang amat tinggi.

Tepat petang hari, aku lihat lagi Handphone yang masih terlihat ada pesan masuk didalamnya. aku biarkan dan terus saja aku duduk diatas sajadah yang mengarah ke barat disamping pintu kamar kosku, matahari akan pergi sejenak tenggelam dalam kegelapan dan aku masih saja bertanya-tanya pada hatiku. Sampai saat adzan maghrib terdengar barulah aku beranjak dari tempat itu dan kembali membasuh muka dengan air wudlu, menyadari apa yang baru saja aku renungi seolah tak ada yang kuhasilkan dari tempat duduk ku semula. Sampai aku duduk lagi setelah sholat dan berdo'a memohon kepada sang pencipta Allah SWT untuk membuka hati dan fikiranku agar dapat berfikir dan meninggalkan khayalan-khayalan kosong yang semakin membuatku tersudutkan. Kini aku berhadapan dengan Pedoman-Ku "Al-Qur'an" , Kubaca meski dengan nada sedikit kecil dan ada air yang menetes disudut kecil mataku. “Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah dan mendirikan shalat dan menafkahkan sebagian dari rizki yang Kami anugerahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi, agar Allah menyempurnakan kepada mereka pahala mereka dan menambah kepada mereka dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Mahapengampun lagi Mahamensyukuri.” [Faathir: 29-30]. Ya tuhan begitu banyak kesalahn yang aku perbuat.

Firasat ini menandakan aku harus segera meninggalkan kejenuhan ini, lagi-lagi aku belum bisa untuk segera bangkit dari tempat duduk ini bahakan aku merebahkan badan dan kembali mengingat-ingat apa sebenarnya mau hati ini ? aku putuskan untuk segera keluar disabtu malam yang tak ada arah ini, ingin sekali aku lukiskan isi hatiku dengan pensil-pensil warna, tapi aku tidak bisa ! aku hanya ingin menuliskannya saja. ingin aku ceritakan kembali apa yang sedang aku alami. Namun, ini semakin membuat tanganku gemetar saat ingin aku jabarkan satu per satu makna yang tersirat, makna yang aku sendiri tidak mengetahuinya, semakin saja ini memperparah keadaan dan semakin membuat perahu ini berlayar tanpa arah yang tak kunjung menjumpai pelabuhannya. Seakan aku berjalan dan bekerja dalam mimpi yang aku sendiri belum mau terbangun dari mimpi ini, ingin lebih menyendiri, ingin lebih terlelap sampai waktu yang aku sendiri tidak ingin menentukannya.

Angka sudah menunjukkan pukul 08 diminggu pagi yang sudah sepi, saat itu tinggal aku sendiri yang masih saja enggan mau beraktifitas. Ku buka lagi laptop dan masih ada file-file paper dan tulisan ilmiah yang saat itu seketika langsung saja aku close file tersebut dan membuka browser yang langsung kutujukan pada halaman surat elektronikku "E-Mail", nyaris tidak ada pemberitahuan yang berarti hanya ada Spam yang masuk, kutinggalkan dan segera aku merebahkan badanku lagi, sejenak berfikir aku harus konsisten dengan tujuan awalku, dengan semua mimpi-mimpi besarku, lalu dengan sedikit berat hati aku memutuskan untuk mandi dan bergegas keluar kos untuk menyelesaikan semua urusanku di hari minggu yang cerah. Seolah matahari menyapa dengn senyumnya tapi tak ku hiraukan apalagi akan ku balas, sepertinya tidak dulu. Bahkan sang mentari kembali mengajakku untuk bercanda tapi aku tetap tak mau dan terus saja aku memikirkan apa yang seharusnya aku perbuat, atau haruskah aku ceritakan semuanya ? tapi pada siapa wahai sang mentari ? "sapaku dalam hati".

Niat untuk kekampus pagi ini kesampaian, meski dengan rasa berat hati tetap saja aku memutuskan untuk berangkat meski awalnya akan jalan kaki tanpa disengaja bertemu dengan teman yang hendak berpergian, tentu Ia melewati kampus Undip Tembalang meski harus mengantarku ke Geodesi yang masih satu gedung kuliah bersama dengan Perkapalan, Siskom dan Lingkungan. Tetap ku hiraukan tak mengajak untuk ngobrol lebih, meski beberapa teman menyapa bahkan menanyakan "ada kegiatan apa ? ngapain ?  dll" itu pertanyaan yang hanya kulalui dengan senyum. Entahlah apa yang akan aku kerjakan, lalu aku buka kembali laptopku, aku buka lagi file-file yang berisi barisan kata-kata yan sulit dimengerti orang awam diluar geodesi seperti "datum vertikal, tide gauge, remote sensing, oill spil dll". tiba-tiba seorang lainnya menyapaku "Hei, sendirian aja ? lagi sibuk ngapain ?" jelas aku malas untuk berkomentar lebih, yah aku jawab seadanya dengan senyum kecil disudut bibirku, dan lalu begitu saja. Sampai akhirnya aku memutuskan untuk meninggalkan kampus lantai 3 GKB dan kembali mengikuti instruksi dari ponsel genggam yang menuntunku untuk berjalan menuju lokasi yang menurutku aku akan menemukan kebahagiaan atau setidaknya bisa membuatku kembali tenang dan seminimal dapat melepas penat. Dan nampaknya aku menemukannya "disini" ya disini tempat yang membuatku kembali bisa tertawa dan tersenyum.

Inilah senyum yang aku rasa ketika aku menemukan tempat yang mungkin itu bukan tempat seperti biasanya, diisi dengan orang yang seadanya, tapi disini. Yang dulu tempat ini sering aku singgahi yang tidak punya kenangan berarti, bahkan menyeramkan jika aku kembali mengingat untuk dihakimi beberapa pertanyaan mengenai wawasan dunia oleh dari beberapa kenalan ku. Aku merasa sirna sudah gelap yang sempat memayungi hariku, saat aku menemukan senyum itu ditempat yang aku sendiri tidak pernah membayangkannya meski aku tak sendiri disaksikan beberapa darinya. Aku bersyukur senyumnya dapat kembali menerangi sisi gelap ini, meski aku tahu ini tak akan lama jika aku hanya berharap pada senyum yang tak abadi ini. Karena sudah hukumnya jika perjumpaan akan diakhiri dengan perpisahan. Entah itu abadi, singkat atau hanya ilusi yang sampai saat ini aku hanya terus menuliskan apa yang aku rasakan, yang terjadi dan apa yang akan ku lakukan kelak. Karena sejatinya hanya pada Tuhan (Allah SWT) tempat hati ini berlabuh dan hanya pada-Nya lah sudah seharusnya rindu yang berlebih ini disampaikan. Yang terkadang masih saja aku merasa seperti dibayang-bayangi senyum itu. Wajarsalah sifat manusiawi ku saat ini.

1 comment: